SAPONIN
PENDAHULUAN
Saponin merupakan
senyawa dalam bentuk glikosida yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat tinggi.
Saponin membentuk larutan koloidal dalam air dan membentuk busa yang mantap
jika dikocok dan tidak hilang dengan penambahan asam (Harbrone,1996). Saponin
merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai massa dan molekul
besar, dengan kegunaan luas (Burger et.al,1998) Saponin diberi nama demikian
karena sifatnya menyerupai sabun “Sapo” berarti sabun. Saponin adalah senyawa
aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa bila dikocok dengan air.
Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal juga jenis saponin yaitu
glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai
rantai spirotekal. Kedua saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak
larut dalam eter. Aglikonya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis
dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson,1995).
Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena adanyapenurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang dapat mengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin. Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada. Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009). Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin.
Di kehidupan sehari-hari kita sering melihat peristiwa buih yang disebabkan karena kita mengkocok suatu tanaman ke dalam air. Secara fisika buih ini timbul karena adanyapenurunan tegangan permukaan pada cairan (air). Penurunan tegangan permukaan disebabkan karena adanya senyawa sabun (bahasa latin = sapo) yang dapat mengkacaukan iktan hidrogen pada air. Senyawa sabun ini biasanya memiliki dua bagian yang tidak sama sifat kepolaranya. Dalam tumbuhan tertentu mengandung senyawa sabun yang biasa disebut saponin. Saponin berbeda struktur dengan senywa sabun yang ada. Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri daro glikon (Glukosa, fruktosa,dll) dan aglikon (senyawa bahan aalam lainya). Saponin umumnya berasa pahit dan dapat membentuk buih saat dikocok dengan air. Selain itu juga bersifat beracun untuk beberapa hewan berdarah dingin (Najib, 2009). Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan triterpen. Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin.
Saponin triterpenoid tersusun
atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu
aglikon yang disebut sapogenin. Masing-masing senyawa ini banyak dihasilkan di
dalam tumbuhan (Hartono, 2009). Tumbuhan yang mengandung sponin ini biasanya
memiliki Genus Saponaria dari Keluarga Caryophyllaceae. Senywa saponin juga ditemui
pada famili sapindaceae, curcurbitaceae, dan araliaceae.
Saponin ada pada
seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan
dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan tidak diketahui mungkin sebagai penyimpan karbohidrat atau
merupakan weste product dan metabolism tumbuh-tumbuhan kemungkinan lain adalah
sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin :
a. Mempunyai rasa pahit
b. Dalam larutan air membentuk busa
stabil
c. Menghemolisa eritrosit
d. Merupakan racun kuat untuk ikan dan
amfibi
e. Membentuk persenyawaan dengan
kolesterol dan hidroksiteroid lainya
f. Sulit untuk dimurnikan dan
diidentifikasi
g. Berat molekul relative tinggi dan
analisi hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati
Toksisitasnya mungkin
karena dapat merendahkan tegangan permukaan (Surface tenstn) dengan hidrolisis
lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (heksosa, pentose,
dan Saccharic acid) (Kim Nio,1989).
KLASIFIKASI
Saponin diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia menjadi dua yaitu saponin
steroid dan saponin triterpenoid.
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.
Saponin steroid tersusun atas inti steroid (C27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin dihidrolisis menghasilkan satu aglikon yang dikenal sebagai sapogenin. Tipe saponin ini memiliki efek antijamur. Pada binatang menunjukan penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah koagulasi dengan asam glukotonida dan digunakan sebagai bahan baku pada proses biosintetis obat kortikosteroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di peroleh dari metabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut dengan glikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap jantung.
Salah satu contoh
saponin jenis ini adalah Asparagosida (Asparagus sarmentosus),
Senyawa ini terkandung di dalam ttumbuhan Asparagus sarmentosus yang hidup
dikawasan hutan kering afrika. Tanaman ini juga biasa digunkan sebagai obat
anti nyeri dan rematik oleh orang afrika (Anonim, 2009).
Saponin tritetpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul karbohidrat. Dihidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan -amyrine (Amirt Pal,2002).
Salah satu jenis contoh saponin ini adalah asiatosida. Senyawa ini terdapat
pada tumbuhan Gatu kola yang tumbuh didaerah India. Senyawa ini dapat dipakai
sebagai antibiotik (Anonim, 2009).
BIOSINTESIS
Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini
hampir sama baik saponin denga steroid maupun triterpen. Semua senyawa ini
melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari asetil CoA .
Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk senyawa squalen yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua farnesil
piroposfat. Setelah membentuk squalen, maka terjadi
reaksi oksidasi pada atom C nomor 3 sehingga terbentuk OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini
akan terjadi siklisasai menjadi lanosterol yang
merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid(Arifin, 1986). Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin
dan bnetuk cincin keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin
tersebut memiliki 5 atom karbon
MACAM SAPONIN
Macam-macam saponin
berbeda sekali komponen kimianya, yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan
juga karbohidratnya sehingga tumbuhan-tumbuhan tertentu dapat mempunyai
macam-macam saponin yang berlainan seperti :
a. Quilage saponin, Campuran dari 3 atau
4 saponin
b. Alfafa saponin, Campuran dari paling
sedikit 5 saponin
c. Soy Bean saponin, terdiri dari 5
fraksi yang berbeda dengan sapogenin atau karbohidratnya, atau dalam
kedua-duanya.
Kematian pada ikan,
mungkin disebabkan oleh gangguan pernapasan. Ikan yang mati karena racun
saponin , tidak toksik untuk manusia bila dimakan. Tidak toksiknya untuk
manusia dapat diketahui dari minuman seperti bir yang busanya disebabkan oleh
saponin. Contoh glikosida lain adalah tioglikosida dan bessiltioglikosida. Bila
dihidrolisis dengan enzim akan menghasilkan tiosianat, isotiosianat dan
bensitiosianat yang merupakan racun dan mempunyai sifat antitiroid. Zat-zat
toksik tersebut ada pada bawang, selada air, kacang-kacangan (seperti : Kacang
tanah,kacang kedelai), dan juga macam-macam kol (Kim Nio,1989).
Saponin dalam bentuk
gugus triterpenoid dan glikosida adalah steroid umum dalam produk tumbuh-tumbuhan.
Berupa efek biologi telah dianggap dari saponin. Penelitian yang efektif telah
dilakukan pada membrane permeable, sebagai pertanahan tubuh (sistim imun),
antikangker, sifat antikolesterol dari saponin. Saponin juga telah terbukti
secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan, konsumsi makanan dan reproduksi
pada hewan percobaan. Beragam senyawa struktur saponin juga telah diamati untuk
membunuh protozoa, moluska, antioksidan, merusak pencernaan protein dan
penyerapan vitamin dan mineral dalam usus. Menyebabkan hipoglikemia dan
bertindak sebagai anti jamur dan anti virus (Yoshiki et al,1998). Peran
Fisiologi saponin pada tananman belum sepenuhnya di pahami meskipun ada
sejumlah publikasi menggambarkan identifikasi saponin dan beberapa efek pada
sel hewan, jamur dan bakteri. Hanya sedikit yang diketahui fungsi saponin untuk
tumbuhan itu sendiri. Banyak saponin diketahui antimikroba untuk menghambat
jamur dan untuk melindungi tanaman dari serangga. Saponin dianggap sebagai dari
sistim pertahanan tanaman dan dengan demikiandimasukan dalam kelompok besar mol
pelindung pada sel tumbuhan (Morrisey & Osboun,1999). Cara identifikasi
saponin, timbang 500 mg serbuk simplisia masukan kedalam tabung reaksi,
tambahkan 10 ml air panans, dinginkan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik
terbentuk buih putih yang stabil tidak kurang dari 10 menit sehingga 1-10 cm.
Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang, menunjukan bahwa
dalam simplisia tersebut mengandung saponin.
PENUTUP
Suatu glikosida
yang memiliki aglikon berupa sapogenin disebut saponin. Saponin dapat
menurunkan tegangan permukaan air, sehingga akan mengakibatkan terbentuknya buih pada permukaan air setelah dikocok. Senyawa saponin dibagi menjadi 2
berdasarkan jenis sapogenisnya yang menempel pada
molekulnya yaitu saponin steroid dan saponin triterpen.
Saponin steroid biasanya bersifat netral, dan disebut juga sebagai glikosida jantung kaerana mempengaruhi kerja otot jantung. Yang kedua adalah saponin
triterpen yang merupakan saponin yang mememiliki
sapogenis berupa triterpen. Kedua jenis
saponin diatas disintesis melalui jalur asam mevalonat yang berasal dari asam asetat. Sebelum membentuk sapogeninnya asam mevalonat akan membentuk
rantai triterpen yang disebit squalen. Squalen
ini mengalami oksidasi menjadi epoksidasqualen setelah itu
terjadi siklisisasi dan dibagi menjadi dua jalur. Jalur pertama akan di peroleh lanosterol dan jalur kedua akan membentuk triterpen dengan berbagai bentuk.
DAFTAR PUSTAKA
Amirth,Pal,Singh,2002. A Trestie on
Phytochemistry. Emedia Sience Ltd.
Burger,I.,Burger,B,V.Albrecht,C.F.Spicies,H.S.C.
and Sandor.P.,1998. Triterpenoid saponin
From Bacium gradivlona Var. Obovatum
Phytochemistry.49. 2087-2089.
Depkes RI,1995. Materia Medika
Indonesia, Depkes RI : Jakarta.
Harbrone.J.B.,1987.Metode Fitokimia :
Penuntun Cara Moderen Menaganalisis Tumbuhan,
Terbitan Kedua,ITB : Bandung Kim Nio,
Ocy.,1989. Zat-zat toksik yang secara alamiah ada pada tumbuhan nabati. Cermin
Dunia Kedokteran, No.58.
Morrisey JP dan Ousbon AE, 1999. Fungal
Resistence to Plant Antibiotic as a Mechanism of
Phatogenesis. Mikrobiologi and molecular
biologi. Reviw 63, 708-729
Robinson ,T., 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB : Bandung
Yoshiki Y, Kudo & Okobo K,1998.
Relationship Between Cemical Structure and Biologica
Activities of Triterpenoid Saponin from
Soybean (Reviw) Biosience Biotechnology and Biochemistry. 62. 2291-2292.